Selamat Tahun Baru 2017.
Semoga Anda sekalian tambah sukses dalam bisnis, pekerjaan, karier, pendidikan dan tentunya sehat selalu di 2017 ini.
Hari ini, 2 Januari 2017, dimana saya masih menikmati liburan kantor, tetapi terus terang saja, karena saya tidak bisa diam, saya mendengarkan beberapa motivator di saluran youtube.
Sambil melanjutkan tulisan blog ini, saya pilih lagu dulu ya “Jonas Blue – By Your Site ft. RAYE agar makin semangat!
Salah satu motivator yang saya dengarkan adalah Grant Cardone. Ada beberapa hal menarik yang saya ambil dari beliau, selain beliau nyentrik tentunya.
Beliau, ahli dalam bidang “Menarik Perhatian”
Apakah Anda juga pandai dalam menarik perhatian orang? Yap, sebagai pemilik bisnis atau professional dibidangnya, ilmu inilah yang diperlukan didunia nyata. Menarik perhatian orang lain.
Saya pernah diceritakan oleh teman saya dahulu waktu jaman kuliah dahulu. Ketika beliau melamar diacara jobfair, dia berfikir bagaimana caranya lamarannya dibaca pihak HR diribuan pelamar kerja.
Bayangkan saja, dari ribuan pelamar, semuanya menggunakan kertas A4, dengan amplop coklat, dengan font sama, layout foto sama. Hmm, saya saja kalau jadi HR diacara tersebut, pasti bosan bukan? STD (Standar maksudnya). Padahal, ada peraturan nda sih klo lamaran harus sama? Boleh donk beda sendiri?
Teman saya ini tidak kehabisan akal. Dia print lamaran kerjanya diukuran A3, full color, dengan desain kreatif ala dia dan dilaminating. Coba bayangkan usahanya. Niat! Ok, karena keterbatasan anggaran untuk melakukan print dan menyiapkan CV, apa yang dia lakukan? Dia memberikan CV-nya hanya diperusahaan yang dia inginkan dan dia perhatikan apakah HR memperhatikan CV tersebut atau tidak.
Kalau tidak, apa yang dia lakukan? Ya, betul, dia meminta kembali CV yang dia berikan. Setidaknya nda rugi Ru, ucap beliau sambil tersenyum-senyum. Sekarang dia bagaimana? Mantab, jadi brand manager salah satu FMCG ternama di Jakarta.
Ok, bagaimana dengan Grant Cardone. Beliau lebih ekstrem lagi. Prinsipnya adalah, dia dan timnya harus menjadi yang paling dominan dichannel social media yang mereka masuki. Mengerikan kalau saya bisa bilang. Contoh. Saat Snapchat baru keluar, dia langsung dihubungi oleh snapchat karena saking banyaknya follower yang mengikuti beliau.
Apa tujuannya? Sederhana. Anda tidak akan mau berbisnis dengan seseorang apabila Anda tidak kenal dengan orangnya bukan? Setuju? Kalau saya setuju sekali.
Bisnis saya pun dahulu demikian. Tidak ada yang istilahnya telpon dan langsung deal. Pasti mereka tanya-tanya dahulu. Tetapi sekarang berbeda, karena sekarang kami sangat aktif berbagi melalui newsletter kami. Ya, newsletter bukan adsletter. Kami berbagi, dan apa hasilnya? Luarbiasa!
Tentukan Standar Anda, bukan menurunkan Standar Anda
Saya tertawa ketika saya mendengarkan hal ini dari Grant Cardone. Bagaimana tidak, seperti dibukakan mata saya.
Pernah saya dan tim menawarkan jasa kami kepada prospek. Prospek tersebut sudah mengundang beberapa konsultan lain kekantor mereka. Saya dan tim bilang ke prospek tersebut, kenapa Bapak mengundang kami kedua kali, padahal kami sudah diundang yang pertama dan sudah undang kandidat yang lain. Dia bilang, tim Anda beda.
Yang lain, lebih banyak bercerita tentang diri mereka, kalau Anda terbalik, Anda banyak menanyakan hal-hal kepada kami. Ok, saya bilang. Tetapi saya tanyakan kembali ke mereka, Anda sudah siap dengan penawaran kami kan? Terus, Beliau sampaikan, nah inilah masalahnya, anggaran kami tidak sampai segitu.
Pernah nda mengalami hal yang serupa? Budget yang jadi kendala. Apa yang biasa kita lakukan? Betul, menurunkan standar kita. Pertanyaan ajaib kembali adalah jadi budget untuk pekerjaan ini berapa Pak?
Hal inilah yang ditertawakan habis oleh Grant Cardone. Budget adalah masalah client. Bukan masalah kita. Kita menentukan suatu angka karena kita punya perhitungan. Kita punya ekspertise. Kita punya solusi. Dan kita yakin solusi kita akan membuat pelanggan kita tambah baik lagi bisnisnya.
Jadi, intinya apa Mas Ndaru? Ya, kita tidak boleh menentukan standar kita. Setidaknya kita tahu yang kita lakukan benar. Tetapi kalau kita nda menang, kita gimana? Nah, PR-nya berarti Values kita belum lebih tinggi dari Price kita dipasaran. Bagaimana caranya? Itulah yang akan bahas dipoin 3.
Terakhir. Terus investasikan waktu, tenaga, dan dana kita untuk pengembangan diri
Seringkali, banyak kali, ketika kita sudah mendapatkan profit dari usaha kita, kita belanjakan untuk hal-hal yang apa? Betul, yang konsumtif. Padahal, usaha kita harus berkembang. Kita harus berkembang. Tim kita harus berkembang.
Kita harus membuat Values kita tinggi. Lebih tinggi dari pesaing. Lebih tinggi dari rata-rata industri. Supaya apa? Supaya customer kita tahu, prospek kita tahu, bahwa kita yang terbaik dibidang kita.
Terbaik menjadikan harga kita berbeda dengan yang lain. Terbaik menjadikan kita dilihat dan berbeda dengan pesaing. Jangan banting-banting harga terus. Masak mau punya keahlian ditawar terus? Tahu kan peribahasa Anda membayar kacang, Anda akan mendapatkan Monyet? Nah, masa mau disamakan dengan (isi sendiri ya).
Ok, pada akhirnya dan intinya sekali lagi. Tahun 2017 ini membuat kita dapat merubah strategi kita kedepan. Strategi yang lalu 2016, yang baik kita lanjutkan, yang usang, kita perbaiki dan improvisasi. Setuju?
Selamat menjalani tahun 2017 ini. Semoga rejeki melimpahi kita semua. Amin
Regards,
Daru
Purwandaru saat ini menjabat sebagai managing director di PT Sun Artha. Sun Artha dengan Brand “Smartcounting” merupakan konsultan pengembangan bisnis dengan fokus utama konsultasi pemilihan solusi sistem informasi, implementasi serta support secara berkelanjutan untuk meningkatkan bisnis Anda kelevel berikutnya. Perusahaan yang sudah menerapkan sistem informasi yang terintegrasi dapat lebih efisien dalam operasional yang secara langsung meningkatkan laba usaha.
No responses yet