Harapan dan Kenyataan? #AADC2
Selamat pagi. Senin pertama setelah libur panjang kemarin. Gimana, menyenangkan dapat hari libur ekstra, total ada 4 hari libur (diluar yang ambil cuti nih).
Liburan merupakan kesempatan untuk membuat badan dan pikiran santai. Tidak harus seperti santai dipantai, tetapi menghilangkan kepenatan tugas dan kewajiban membuat hidup menjadi lebih hidup bukan? he3… (gayamu le, opo hidup menjadi lebih hidup?)
Okeh, sekarang kita bahas tentang harapan dan kenyataan? Hastag AADC2. Fenomena film AADC2 ini sangatlah luar biasa kalau menurut saya. Bagaimana tidak, film yang awalnya sukses dirilis 14 tahun (ekuivalen dengan ratusan purnama kata bahasa iklannya) akhirnya mempunyai kesempatan kedua ditahun ini, 2016.
Menarik saya baca beberapa review dari teman, reviewer profesional bahkan yang saya tidak kenal sama sekali mengenai film ini. Ada yang berkomentar bagus, standar bahkan kurang memenuhi harapan.
Nah loh, jadi harapan dan kenyataan? Expectations and Reality. Sebegitu besarkah hal ini? Kalau dibisnis saya, consulting for management, it’s a huge issue. Bagaimana tidak, kita menjual sesuatu yang tidak punya standar ukur (kecuali sudah pernah mengerjakan proyek sebelumnya) atau dalam case ini tolak ukurnya adalah film AADC1.
Harapan masing-masing orang sangatlah berbeda. Kadang ada yang selalu set high expectations untuk ini, atau ada yang cukup kita set lower expectations agar tidak kecewa dikemudian hari. Terus terang untuk film AADC2 ini saya termasuk golongan kedua. Kenapa?
R A H A S I A wkwkw…
So, bahkan dibisnis, pertemanan, pekerjaan, percintaan semua hal tersebut ujung-ujungnya gap antara harapan dan kenyataan. Usul saya (bukan karena saya orang realis ya) set your standard as fair enough. Cukup standar ajalah. Not to high and not to low.
Kenapa begitu? Orang seringkali tendensi untuk kecewa. Kecewa karena dicuekin (eaaa, siapa tuh? baper banget). Kecewa waktu nyobain tempat makan baru ga sesuai harapan. Kecewa karna filmnya ternyata gitu aja dan segudang kekecewaan lainnya.
Menghadapi senin, hari kerja pertama ini, saya tidak men-“set” harapan saya tinggi-tinggi. Just as normal as i think. Jadi, mari kita jalani hari dengan cita-cita tinggi, harapan yang standar dan eksekusi yang cepat. Kenapa? Kurangi faktor yang membuat mental kita defisit, perbanyak faktor yang membuat kita bersemangat.
Setuju?
Kalau ada yang mau nonton AADC2 boleh nih kabar2i he3..
Regards,
Daru
One response
[…] Harapan dan Kenyataan? #AADC2 […]