Pro dan Kontra Aplikasi Transportasi

No category

Pro dan Kontra Aplikasi Transportasi. Belakangan ini ada pemberitaan di media mengenai demo driver taksi legal. Apa keluhannya? Terkaan saya adalah penghasilan harian mereka turun karena pelanggan yaitu penumpang banyak beralih ke aplikasi transportasi yang sedang hangat dibicarakan.

Apakah betul itu alasannya sampai melakukan demo dan berpotensi mengurangi penghasilan mereka? Saya rasa iya. Terlepas ada kepentingan lain dibelakangnya, asumsi saya sekarang ini bahas yang itu dulu saja ya. Nda mau dikirain mumpung pilgub DKI nanti dikira tim panasbung lagi ha3.. 🙂

Okeh, sekarang kita analisa bersama pro dan kontra kehadiran aplikasi transportasi ini bagi konsumen dan penyedia jasa.

Pro

Bagi konsumen, sangat diuntungkan. Kenapa? Karena yang tadinya setiap membutuhkan jasa ini, mereka harus mencari dipinggir jalan, melambai-lambaikan tangan (kayak videoklip saja ga sih). Apalagi sambil kehujanan. Sudah dapat, eh drivernya tidak mau kalau dekat pula, Amsyong.

Dengan adanya aplikasi ini, penumpang mendapatkan kejelasan, dapat Bapak siapa, mobil apa dan yang pasti tidak ditolak saat buka pintu, PHP banget tidak sih. Plus tarifnya sesuai dengan trip.

Okeh? Secara teknologi, ada yang salah? Tidak sama sekali. Teknologi itu membantu kita dalam keseharian kita, kalau teknologi yang menyusahkan kita dalam keseharian mending balik ke jaman batu saja hahaha… 🙂

Bagi driver. Sangat nyaman. Kenapa? Karena yang tadinya kebanyakan menunggu dipinggir jalan, di warteg mba susi dan di mall, sekarang mereka jalan dikit sudah dapat penumpang. Bahkan sampai ada kelakar, Pak, jaman sekarang itu rejeki tidak usah dicari, tinggal dijemput. Wueleh, keren toh. Pacar saja musti cari, ini tinggal jemput lho he3, nikmatnya dunia.

Terus, supaya ulasannya berimbang, kita musti netral donk, bukan? Mari kita ke Kontra nya.

Kontra

Yang pasti dirugikan adalah yang tidak mau berubah. Ya driver, ya perusahaan dan ya penumpang. Kenapa? Wong ada yang lebih mudah kok cari yang susah? Betul? He3…

Tapi benar. Siapapun yang tidak berubah mengikuti jaman, pasti akan ketinggalan. Ujung-ujungnya ya demo ke pemerintah. Demo salah tidak? Tidak salah. Sah-sah saja sebagai warga negara mau curhat ke pemerintah. Buktinya langsung direspon sama Pak Jonan sebagai menteri.

Tapi apakah dengan melakukan penutupan aplikasi menjadi yang tidak mau berubah itu menjadi menang? Belum tentu. Karena (kalau istilah ekonominya, ekuilibrium) penumpang itu uda tahu standar yang enak dan mudah kok  diminta balik ke susah, ya nda mau. Setuju?

Hal penurunan pendapatan ini saya rasa sudah dirasakan oleh B*ue dan E*press. Makanya mereka cepet-cepet IPO, supaya langsung dapat profit dulu sebelum yang pesaing mereka ini masuk.

Tetapi karena  ini dilematis, saya ingin ngajak semua stakeholder jangan melihat dari koridor mereka sendiri-sendiri. Pemerintah kan wakil rakyat bukan? Nah, sekarang rakyat mana yang mau dibela. Kalau rakyat kayak saya yang menikmati karena ada pilihan lain selain operator lama yang servicesnya seadanya, saya mah mending pilih aplikasi.

Tetapi kalau rakyat yang sudah kaya dan perusahaannya go-public, wah mboten ngertos yo. He3..

Sip deh, mau sarapan dulu. Have a great day all. Feel free to comment.

Regards,

Daru

Tags:

No responses yet

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

one × five =