Konsep IPO Keroyokan

Bisnis

Konsep IPO Keroyokan

Konsep IPO Keroyokan
Pic by Linkedin Harry

Konsep IPO Keroyokan

Selamat datang bagi teman-teman diblog Purwandaru, yang berbagi rutin terkait bisnis, software manajemen dan curahan hati sebagai seorang entrepreneur ya.

Kali ini saya mau sharing tentang event online yang saya baru banget ikuti dihari Sabtu kemarin.

Jadi senior saya di SMA, Bang Novian, mempunyai acara webinar rutin tiap Sabtu, dimana topiknya adalah Fast Track to IPO.

Wah, secara saya lagi getol-getolnya cari informasi tentang IPO kan ya, saya memberanikan diri untuk ikutan lah.

Karena pengalaman saya terkait IPO ini tuh terbatas hanya pada tataran teori sama dulu waktu jaman magang dahulu kala.

By the way, jurusan saya itu memang agribisnis, tapi tentang hal IPO, M&A dan topik-topik seperti ini tuh kayaknya “haus” banget untuk belajar.

Dan, cita-cita saya adalah ingin ikut serta dalam proses IPO perusahaan saya sendiri atau perusahaan orang lain, at least bisa jadi wishlist hidup, selain punya mercy sendiri ya. Amin!

Nah, disesi tersebut, saya dengarkan paparan satu per satu, dan ada satu poin dimana saya seperti mendapatkan statemen dari Pak Budi (pembicaranya, beliau top CFO waktu jaman Zalora).

IPO secara keroyokan.

Nah apapula itu?

Konsep dan Eksekusi

Seperti temen-temen tahu (atau kalau yang belum tahu gpp, jangan minder, saya kasi tahu) IPO di bursa saham Indonesia itu sekarang ada 4 kelas. Papan disebutnya, harusnya bikin nama liga aja, seru seperti game.

Papan utama, Papan Pengembangan, Papan akselerasi dan Papan ekonomi baru (seperti startup yang udah diinvest bernilai trilyunan).

Karena saya sadar diri, Sunartha ini ada dimana ya sekarang? Targetnya saya kan pengen di Papan Akselerasi, karna syarat dan ketentuan sudah berlaku.

Tetapi konsep IPO keroyokan menjadi salah satu yang menarik perhatian.

Contohnya adalah saham FOLK.

Disitu, konsepnya adalah ada 1 perusahaan yang akan maju dan mengajukan ke bursa saham Indonesia, dimana perusahaan-perusahaan lain yang sejenis atau beda jenis, sepakat untuk menggabungkan diri dan maju ke bursa secara bersama-sama.

Makanya disebut keroyokan.

Misalkan ya, PT A dan 3 PT lainnya, A B C D, masing-masing punya 50 Milyar revenue, apabila digabungkan, akan menjadi 200 Milyar revenue per tahun dengan total aset yang bergabung.

Tinggal kita atur bareng-bareng aja siapa menjadi apa dan alokasi kebutuhan penggunaan dananya untuk apa.

Gimana menurut teman-teman? Idenya mungkin dilakukan nda sih?

Dasarnya apa? Karena kalau sendiri-sendiri kan biayanya mahal, yes biaya IPO sekitar 6-7% dari total nilai fundraise atau 6-7 milyar Rupiah.

Tertarik untuk diskusi dengan saya? Mau menjajaki untuk sektor bisnis yang berhubungan dengan IT dan Edukasi?

Hayuk lah kita ngopi-ngopi bareng. Atau kalau ada temen-temen dari PE/VC yang bisa bantu saya? Boleh ya kita berjejaring.

Daru

Tahu nda sih, perusahaan yang mau IPO dan sudah itu rata-rata softwarenya yang pasang dan jual itu Sunartha. Ah masak sih?

Penasaran kan? Makanya, bisa hubungi Mba Puspa nih, beliau bisa kasi temen-temen advise soal software-softwarenya seperti Tableau BI dan Odoo ERP disini whatsappnya ya: 081586902499

Baca juga ya artikel menarik lainnya dibawah ini.

Siapa yang kemarin ikutan acara Mekari Conference 2023? Baca disini yuk ulasannya: Sunartha, Mekari dan Smartsheet.

Sudah pakai ERP? Tapi kok belum optimal ya sepertinya, coba mampir di artikel ini ya Tipe data yang dihasilkan oleh ERP Anda.

One response

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

eleven − 1 =